Wali Kota Cimahi Soroti Fenomena Warung Bunda : Kekhawatiran Baru bagi Orang Tua
Kota Cimahi, Suara Pakta.Com- Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cimahi menggelar Seminar peringatan Hari Kartini tahun 2025 yang di buka langsung oleh Wali Kota Cimahi Letkol Purn Ngatiyana, di gedung A Pemkot, Selasa (22/04/2025).
Raden Ajeng Kartini sebagai pelopor emansipasi perempuan, tetapi juga mengaitkan semangat perjuangan Kartini dengan peran ibu masa kini dalam membangun keluarga dan menjaga anak-anak dari ancaman zaman.
“Kami bahagia karena inilah peran seorang ibu, bagaimana menentukan keluarga yang bahagia, bagaimana seorang ibu seperti Kartini masa lalu menjadi sosok pendidik dan pejuang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan,” kata Ngatiyana.
Semoga seminar ini bermanfaat bagi ibu-ibu dalam mendidik rumah tangga, mengatur naik-turunnya dinamika keluarga.
Saat di singgung terkait keberadaan Warung Bunda yang di anggap tempat nongkrong anak sekolah, Ngatiyana menjelaskan, pemerintah kota Cimahi sudah melakukan pengecekan mengenai warung bunda, oleh berbagai kelompok mulai dari PNS, BNN, TNI, Polri, Satpol PP, ibu-ibu PKK, Dharma Wanita, sampai organisasi wanita lainnya,” ujarnya.
“Kami sudah menyasar titik-titik yang terindikasi jadi lokasi warung bunda. Tapi memang belum maksimal hasilnya.”jelas Ngatiyana.
Menurutnya, saat petugas mendatangi warung-warung tersebut, banyak yang justru enggan membuka pintu.
“Mereka sudah tahu kami datang, jadi langsung menutup akses. Ini jadi salah satu kendala,” jelasnya. “Maka itu, harus pakai teknik dan strategi. Tidak bisa direncanakan secara terbuka. Harus sistem penjajakan.”
Ngatiyana menekankan bahwa pihaknya tidak ingin langsung menghakimi. Ia menyadari perlunya kehati-hatian dalam menangani isu yang menyangkut nama baik warga.
“Kita tidak boleh suudzon, tidak boleh memfitnah. Tapi kalau namanya penelusuran ya harus seperti itu, demi kebaikan bersama,” katanya.
Bagi Ngatiyana, warung bunda bukan sekadar warung. Ia melihatnya sebagai potensi gangguan terhadap anak-anak, dan secara lebih luas, terhadap tatanan sosial keluarga. Maka ia menyerukan kepada para ibu untuk lebih peka terhadap perubahan perilaku anak-anak mereka.
Semangat Kartini, baginya, harus menjelma menjadi kewaspadaan baru bukan hanya soal kesetaraan, tapi juga soal perlindungan," tandasnya. (Rustandi)
Posting Komentar