BPBD Cimahi Gelar Peringatan Kesiapsiagaan Bencana, Anak-anak Dilibatkan dalam Simulasi dan Edukasi Dini
Kota Cimahi, Suara Pakta.Com— Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKB) di Kota Cimahi baru digelar pada Selasa, 20 Mei 2025, meskipun secara nasional telah ditetapkan jatuh pada 26 April. Penundaan ini bukan tanpa alasan. Kepala Pelaksana BPBD Kota Cimahi, Fitriandy Kurniawan, mengakui bahwa pelaksanaan baru dapat dilakukan setelah pemerintah pusat dan provinsi lebih dahulu menjadwalkan ulang kegiatan serupa.
“Provinsi undur, pusat undur, sehingga kita juga harus menyesuaikan dengan tingkatan kedinasan di atas kita,” ujar Andy di sela kegiatan di Techno Park, Cimahi.
Peringatan HKB yang berlangsung selama tiga hari ini dimulai dengan peningkatan kapasitas bagi para pemangku kepentingan kebencanaan. Sejumlah lembaga, relawan, dan pemerhati diundang untuk menerima materi mitigasi, pencegahan, rehabilitasi hingga tanggap darurat kebencanaan.
Namun yang menarik, BPBD Cimahi turut menggandeng anak-anak sekolah sebagai bagian dari strategi edukasi dini. Di halaman depan Techno Park, anak-anak dari Pramuka tingkat TK hingga SMP mengikuti lomba membuat tandu darurat—alat evakuasi dasar yang penting namun kerap dilupakan dalam kurikulum pendidikan kebencanaan.
“Anak-anak perlu dikenalkan sejak dini bagaimana membuat alat kebencanaan yang memadai. Karena dalam keadaan darurat, mereka harus tahu apa yang bisa digunakan,” kata Andy.
Tak hanya itu, untuk menyentuh kelompok usia lebih muda, BPBD mengadakan lomba menggambar dan mewarnai dengan tema bencana. Gambar template yang dibagikan berisi ilustrasi tindakan mitigasi seperti berlindung di bawah meja saat gempa terjadi pengetahuan sederhana yang bisa menyelamatkan nyawa.
“Prinsipnya, pasca gempa sesegera mungkin bisa keluar dari gedung. Tapi kalau tidak bisa, ya berlindung di bawah benda kokoh seperti meja agar terlindung dari benda jatuh,” ujarnya.
Menurut Andy, tujuan utama kegiatan ini adalah menyebarluaskan pengetahuan kebencanaan kepada seluruh lapisan masyarakat. Strategi disusun agar pesan mitigasi diterima dengan baik, termasuk oleh anak-anak.
Tema HKB tahun ini, “Siap untuk Selamat”, diterjemahkan BPBD Cimahi dengan mendekati kalangan pelajar. “Makanya kami sentuh anak-anak yang masih dalam dunia pendidikan,” kata dia.
Mengenai potensi bencana di Kota Cimahi, BPBD mengidentifikasi sepuluh jenis ancaman, mulai dari gempa bumi akibat Sesar Lembang, kekeringan, cuaca ekstrem, letusan gunung, banjir, tanah longsor, hingga wabah penyakit dan kegagalan teknologi.
“Kalau bicara presentase, kami tidak membandingkan secara nasional karena tiap daerah memiliki risiko yang berbeda. Tapi berdasarkan kajian kami, Cimahi punya sepuluh ranah ancaman kebencanaan yang nyata,” ujarnya.
Untuk menilai kesiapan menghadapi risiko itu, BPBD menggunakan Indeks Ketahanan Daerah dengan 250 indikator yang ditetapkan BNPB. Hasilnya, Cimahi mencatatkan diri sebagai kota dengan indeks ketahanan tertinggi di Jawa Barat pada 2024 berdasarkan pengukuran tahun sebelumnya.
“Indeks ketahanan yang tinggi berarti risiko bencananya semakin kecil. Tapi memang belum ada tolok ukur nasional yang bisa dibandingkan antar daerah karena karakter ancaman di tiap wilayah berbeda,” tutur Andy.
Kegiatan HKB ini memperlihatkan upaya konkret Pemkot Cimahi melalui BPBD dalam membangun budaya siaga bencana sejak dini. Namun, efektivitasnya tetap menuntut keberlanjutan edukasi, bukan sekadar seremoni tahunan yang bergantung pada kalender pusat. (Rustandi)
Posting Komentar