Mahasiswi Kunjungi Kampung Adat Cirendeu, Begini Paparan Lurah Thotoh
Kota Cimahi, Suara Pakta.Com- Mahasiswa Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bandung melakukan kunjungan lapangan ke Kampung Adat Cirendeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan, untuk mempelajari Kearifan Lokal, Selasa (27/05/2025).
Kunjungan mahasiswa Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bandung sebanyak 104 mahasiswa di dampingi oleh 10 pendamping, selama berada di kampung Adat Cireunde semua mahasiswa mendapatkan ilmu tentang kearifan lokal yang ada di wilayah kampung Cirendeu.
Di hadapan para Mahasiswi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bandung Lurah Leuwigajah Muhammad Thotoh Gozali Masduki memaparkan, Kelurahan Leuwigajah dengan luas sekitar 3, 93 km2 dengan jumlah penduduk saat ini 48300 orang. Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak tersebut, kampung Cireundeu termasuk kampung padat penduduk.
"Meskipun tergolong kampung padat penduduk. kampung Cireundeu memiliki keunikan tersendiri. Kampung Cireunde ini terbagi dalam tiga bagian yakni leuweung larangan, tutupan, dan Baladahan, beber Thotoh.
Secara keseluruhan, lingkungan hidup terutama pohon pohon pasti terjaga, hal ini bisa dirasakan dengan kondisi udara yang masih terasa segar. Kondisi udara yang segar disebabkan masyarakat kampung Cireundeu masih menjaga alam dengan dengan tradisi yang mereka pegang hingga saat ini.
"Hal itu di buktikan dengan adanya leuweung larangan. dimana semua masyarakat kampung tak diizinkan memotong pohon yang berada di Leuweung larangan," ucap Thotoh.
Saat ini, Kampung adat Cireundeu menjadi roll model kelurahan wisata di kelurahan Leuwigajah. Sehingga di Kelurahan Leuwigajah bukan hanya wisata adat dan budaya., namun ada wisata sejarah seperti pemakaman Belanda Erfel.
"Pemakaman erfel ini secara wilayah berada di kelurahan Leuwugajah namun otoritasnya berada di bawah pemerintahan Belanda. Sekitar 5000 makam terdapat di pemakaman erfel," terangnya.
Pemakan erfel tertata dengan rapih dan bersih karena di urus oleh para pegawai yang mendapatkan upah melalui yayasan dari negeri Belanda. Para pegawai terebut mendapatkan upah dengan standar pemerintahan Belanda," sambung Lurah Thotoh.
"Sehingga bila terjadi sesuatu dengan pemakanan erfel bukan hanya jadi isu nasional namun menjadi isu internasional.pungkas Thotoh. (Rustandi)
Posting Komentar