Masyarakat Kota Cimahi Padati Pasar Cimindi Menonton Film Jurig Kasbon Karya Ceu Edoh
Kota Cimahi,Suara Pakta.Com- Aktris Nining Yuningsih, yang dikenal luas lewat perannya sebagai Ceu Edoh dalam serial Preman Pensiun, kembali ke publik dengan cara yang berbeda.
Ia mengangkat isu sosial yang tengah mencengkeram masyarakat melalui film independen berjudul Jurig Kasbon.
Bukan tayang di layar lebar ataupun televisi, film ini hadir lewat konsep bioskop keliling di tengah masyarakat hingga ke pasar-pasar rakyat.
Jurig Kasbon telah diputar di Pasar Atas Cimahi dan Pasar Cimindi. Ratusan warga memadati area pemutaran, membuktikan bahwa film dengan pendekatan lokal dan isu krusial masih memiliki tempat di hati masyarakat.
“Masalah judi slot, pinjol, sampai bank emok itu hal yang mengerikan sekarang. Terjadi di mana-mana, dan banyak yang terjerat,” kata Ceu Edoh saat ditemui di lantai dua Pasar Cimindi, Selasa, 13 Mei 2025.
Menurutnya, masyarakat lebih membutuhkan tontonan yang membumi dan mengandung edukasi dibandingkan kisah glamor yang sudah terlalu umum.
“Saya pikir, dengan mengangkat masalah seperti itu akan lebih sampai ke masyarakat, terlebih dari sisi edukasinya. Dari pada menceritakan hal-hal yang glamor, itu sudah tidak aneh,” ujarnya.
Film ini diproduksi secara mandiri oleh Nyata Cinema Production, rumah produksi milik Ceu Edoh yang berbasis di Bandung Barat dan Cimahi.
Jurig Kasbon adalah film ke-17 dari produksi ini. Dengan konsep Biling alias bioskop keliling, film ini ditayangkan langsung ke masyarakat tanpa perantara televisi atau jaringan bioskop besar.
“Saya ini PH kecil, bukan PH besar. Konsep Biling ini awalnya muncul karena ketidakpastian menunggu syuting,” katanya.
“Akhirnya saya bikin produk yang beda dari yang lain. Bukan melawan arus, tapi kenapa tidak membuat sesuatu yang berbeda?”
Ceu Edoh juga menyadari bahwa televisi dan bioskop lebih banyak dikuasai oleh PH besar.
Sementara di era digital, masyarakat lebih banyak menonton lewat gawai pribadi. Karena itu, ia memilih untuk langsung turun ke masyarakat dengan membawa filmnya sendiri.
“Saya berpikir, kenapa tidak memproduksi film yang langsung kita suguhkan ke masyarakat, sambil mengangkat isu yang memang terjadi di tengah mereka,” ujarnya.
Format bioskop keliling yang ia jalankan mengingatkan pada era 1980-1990-an saat layar tancap masih menjadi tontonan utama. Gagasannya, kata Ceu Edoh, diterima baik, terutama di kampung-kampung dan bahkan di kota seperti Cimahi.
“Alhamdulillah, ternyata antusiasme masih tinggi. Apalagi orang-orang yang usianya di atas 50 tahun, mereka bilang ini nostalgia. Anak-anak sekarang juga jadi dapat pembelajaran baru, bisa berkumpul, bersilaturahmi, dan menyaksikan film secara langsung. Bahkan pemerannya pun hadir di situ,” katanya.
Jurig Kasbon diproduksi sejak Februari dan masih menjalani proses syuting. Konsep film ini fleksibel: beberapa adegan dan pemain bisa berubah tergantung lokasi pemutarannya.
Ketika film ditayangkan di Kelurahan A, bisa jadi versi yang tampil berbeda dengan di Kelurahan B.
“Karena kami ganti beberapa pemain dengan warga setempat. Alasannya, saat film tayang di wilayah mereka, ada mereka-nya di situ,” ujar Ceu Edoh.
Menurutnya, cara ini menghadirkan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat yang terlibat.
“Jadi tidak hanya menonton orang lain saja. Ini jadi film karya bersama. Mereka bukan hanya penikmat seni, tapi juga pelaku seni,” pungkasnya. (**)
Posting Komentar