Kunci Kota Bandung Layak Huni: Sanitasi Aman
Kota, Bandung Suara Pakta.Com- Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menilai sanitasi aman merupakan fondasi penting menuju Kota Bandung yang layak huni, sehat, dan inklusif.
Hal tersebut disampaikannya saat membuka Kick Off Meeting Dialog Sanitasi bertema “Safe Sanitation for a Livable Bandung: Accelerating the Journey Toward ODF and Sustainable Waste Management” di Hotel Yello Paskal, Selasa 24 Juni 2025
“Sanitasi bukan hanya soal infrastruktur, tapi tentang peradaban dan kualitas hidup. Ini menentukan arah pembangunan kota yang sehat dan adil,” kata Farhan.
Ia menyebut, akses AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) di Kota Bandung masih sangat terbatas. Dari sekitar 500.000 rumah, hanya 177.000 yang terdaftar sebagai pelanggan PDAM, namun belum semuanya menikmati layanan sanitasi yang aman.
“AMPL kita masih di bawah 30 persen. Ini berdampak langsung ke stunting, gini rasio, bahkan daya beli masyarakat,” ungkapnya.
Farhan mengungkapkan, hanya sepertiga dari total sampah yang berhasil dikelola, sedangkan sisanya masih dibuang ke TPA Sarimukti.
Menurutnya, keberhasilan program Kang Pisman harus digenjot untuk menjawab tantangan pengelolaan sampah sekaligus mendukung penyehatan lingkungan dan air tanah.
Menurut data Pemkot, saat ini akses sanitasi aman di Bandung baru mencapai 21,45 persen, dengan 18,41 persen warga masih belum memiliki akses sanitasi layak. Sementara itu, target Bandung menuju 2030 mencakup:
- 100 persen rumah tangga tanpa BABS (Buang Air Besar Sembarangan),
- 100 persen layanan penuh pengumpulan sampah,
- dan 43,34 persen rumah tangga dengan akses sanitasi aman.
Farhan menyampaikan 5 masalah prioritas pembangunan Kota Bandung:
1. Kesenjangan layanan dasar antarwilayah dan kelompok masyarakat.
2. Ketimpangan infrastruktur dasar dan permukiman.
3. Belum berkembangnya modernisasi ekonomi yang inklusif.
4. Pengelolaan urbanisasi dan ruang yang belum sesuai daya dukung.
5. Lemahnya tata kelola pemerintahan dan kemandirian fiskal daerah.
Ia mengungkapkan, saat ini terdapat 11 kelurahan berisiko sanitasi sangat tinggi dan 16 kelurahan dengan indeks risiko sedang. Untuk itu, ia menargetkankan seluruh kelurahan bisa masuk pada daerah dengan risiko sanitasi rendah.
“Saya akan turun tangan langsung. Saya ingin kesejahteraan warga di setiap wilayah bisa terjamin,” ucap Farhan tegas.
Selain sanitasi, Farhan juga mendorong integrasi program Buruan SAE untuk penataan lingkungan kumuh dan peningkatan ketahanan pangan keluarga.
“Tanam cabai rawit di gang-gang sempit bisa jadi solusi gizi sekaligus redam inflasi. Ini memengaruhi psikologi masyarakat juga,” ujarnya.
Visi Kota Bandung, lanjut Farhan, adalah menjadi kota Unggul, Terbuka, Amanah, Maju, dan Agamis. Hal ini diwujudkan lewat pemerintahan yang melayani, pembangunan berkelanjutan, serta kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan.
“Dialog ini bukan akhir. Ini awal untuk menghasilkan kebijakan yang inklusif dan berbasis data. Mari kita wujudkan sanitasi aman sebagai komitmen bersama untuk Bandung yang nyaman,” ungkapnya.
Sebagai informasi, acara ini merupakan bagian dari Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2025 yang diinisiasi Bappenas, dan melibatkan OPD, akademisi, praktisi sanitasi, serta mitra pembangunan. (rob)
Posting Komentar