Pemkot Cimahi Kembali Tetapkan Tiga Bangunan sebagai Cagar Budaya
Kota Cimahi Suara Pakta.Com-Pemerintah Kota Cimahi kembali mengesahkan tiga bangunan bersejarah Rumah Kebon Kopi (Gedung Anom), SMP Negeri 1 Cimahi (bekas Hollandsche Inlandsche School), dan Rumah Dinas Wadan Pusdikhub (Officier Woning) sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB). Keputusan itu tertuang dalam Surat Keputusan Wali Kota Nomor 430/KEP.2982-2984/2025 tertanggal 16 Juni 2025 dan dikukuhkan lewat penandatanganan prasasti di Rumah Dinas Wadan Pusdikhub, Rabu (25/06).
Wali Kota Cimahi Ngatiyana menegaskan penetapan ini untuk mencegah alih fungsi gedung bersejarah di tengah masifnya pembangunan kota. “Kami tetapkan agar bangunan tersebut tidak berubah dan tetap berada dalam pengawasan pemerintah. Ini penghormatan kepada para pahlawan dan pengingat sejarah bagi anak cucu,” ujarnya.
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) menjalankan kajian selama sebulan sebelum menerbitkan rekomendasi; aspek yang dinilai mencakup usia, orisinalitas arsitektur serta nilai historis bagi pendidikan militer dan masyarakat setempat. Dengan penambahan tiga situs ini, Cimahi kini memiliki 12 BCB termasuk Penjara Poncol, RS Dustira, Stasiun Cimahi, dan Gereja Santo Ignatius yang ditetapkan secara bertahap sejak 2021.
Plh. Kepala Disbudparpora Ermayati Rengganis menuturkan papan informasi akan dipasang pada setiap objek agar masyarakat memahami status perlindungan serta larangan merusak situs. “Penetapan hari ini bukan titik akhir, melainkan awal pengelolaan terpadu untuk pendidikan, riset, dan pariwisata,” katanya.
Ngatiyana menambahkan, pengelolaan heritage Cimahi mengacu pada empat aspek ideologis, akademis, ekologis, dan ekonomis serta dituangkan dalam masterplan pelestarian yang akan mendorong wisata edukatif dan ekonomi kreatif warga. Terkait hal tersebut Pemkot Cimahi juga menyiapkan program heritage walk dan insentif perawatan bangunan tua.
“Dari 60 usulan, kami targetkan 25 bangunan masuk daftar cagar budaya pada 2030. Kepedulian kita dalam melestarikan bangunan bersejarah menjadi bentuk penghormatan kita pada para pahlawan, karena kesadaran jati diri bangsa berawal dari pengetahuan sejarahnya sendiri,” pungkas Ngatiyana. (Rustandi)
Posting Komentar