Tilawatan Dan Sidekah Mulud Di Keramat Gunung Bubut
Kab.Cilacap-Suara Pakta.com -Bertempat di Keramat Gunung Bubut dusun Cikondang desa Datar kecamatan Dayeuhluhur kabupaten Cilacap gelar kegiatan Tilawatan dan Sidekah mulud, sebelum dilakukan tilawatan terlebih dahulu masyarakat bergotong royong membersihkan area keramat dan kuburan leluhur.
Warga masyarakat dan juga anak cucu leluhur makam tersebut berdatangan ke keramat dengan membawa berbagai jenis makanan, hasil bumi, serta perlengkapan sedekah. Kamis, (11/09-2025)
Kegiatan tersebut dipimpin oleh Juru Kunci dalam pembacaan Doa Ijab, tanda ijab kabul niat warga untuk melakukan sidekah dan dilanjutkan oleh Juru Tawasulan yang membacakan doa tawasulan sebagai penghubung doa kepada leluhur dan para nabi.
Yang khas dari tradisi ini adalah adanya Doa Mulut, yaitu doa khusus dalam rangka sidekah mulud. Dalam prosesi ini, sebagian makanan dibungkus untuk dibawa pulang sebagai sesaji di rumah masing-masing, setelah doa selesai dilanjutkan duduk bersama sambil menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh masing-masing warga yang mengikuti kegiatan ini serta ini menjadi momen dalam wujud kebersamaan, penghormatan kepada leluhur, sekaligus pengikat silaturahmi antar keturunan.
Juru Kunci Ki Karso menyampaikan tradisi ini memperlihatkan bagaimana masyarakat Desa Datar menjaga hubungan antara doa, leluhur, dan kebersamaan sosial, yang membuatnya unik adalah keberadaan Doa Mulut, doa khas dalam sidekah mulud yang hanya dijumpai diwilayah keramat Gunung Bubut dan ini dilakukan dari dahulu hingga sekarang ucapnya.
Menurutnya Keramat Gunung Bubut merupakan salah satu situs tua yang dikeramatkan oleh masyarakat Desa Datar "di tempat ini terdapat suatu kuburan kuno dari abad ke-17 hingga abad ke-18 M, termasuk makam Buyut Asmiah, Kepala Desa Datar ke-2, serta para leluhur dari Kampung Ciwetan dan Kampung Datar awal," terangnya.
Lebih lanjut dikatakan memasuki abad ke-19 M, kawasan ini juga menjadi tempat pemakaman para penduduk, terutama ketika Kampung Datar ditetapkan sebagai kecamatan pada sekitar tahun 1872 hingga awal 1900-an, kampung Ciwetan sendiri pernah menjadi salah satu pusat hunian, namun kemudian hilang akibat longsor besar pada masa lampau. Sejak saat itu, anak-cucu leluhur terus menjaga dan melanjutkan tradisi tilawatan (pembacaan doa) serta sidekah mulud (sedekah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW) di Keramat Gunung Bubut.
"Selain sebagai pusat spiritual, Gunung Bubut memiliki nilai historis yang penting karena berada di jalur Jalan Puraga, bagian dari jaringan jalan kuno Siliwangi dan jalur kuna di Jawa, Jalur ini dahulu menjadi urat nadi perjalanan, perhubungan, bahkan peperangan," tutur Ki Karso.
Dalam kisah-kisah lisan masyarakat, nama Aki Tapih dan Demang Bincarung dikenal sebagai tokoh legendaris yang mewarnai sejarah kawasan ini, dan masyarakat hingga kini masih merawat keramat di gunung bubut tersebut dan dijaga keasliannya serta tradisinya tetap lestari terjaga dengan baik hingga saat ini terus dilaksanakan pungkasnya. (Ben)
Posting Komentar