Tanah Amblas Ancam Rumah Warga di Cimahi, Ini Yang Dilakukan Pemkot Cimahi
Kota Cimahi, Suara Pakta. Com- Wajah -wajah cemas terlihat di antara reruntuhan rumah yang retak dan miring di RW 19, Cihanjuang, Cimahi Utara. Sejak tanah bekas galian pasir itu amblas, belasan kepala keluarga harus menghadapi kenyataan pahit: rumah mereka tidak lagi aman untuk ditinggali.
Wakil Wali Kota Cimahi, Adhitia Yudhistira, turun langsung ke lokasi bencana. Matanya menelusuri setiap sudut, melihat sendiri bagaimana retakan di tanah terus melebar.
"Dari hari ke hari dampaknya bertambah. Di bawah rumah penduduk ini ada tanah eks galian tambang, itu yang menyebabkan pergeseran tanah dan merusak rumah-rumah warga," ujarnya, Kamis (10/4/25).
Dari 14 kepala keluarga yang terdampak, 11 rumah dan 46 jiwa terpaksa merelakan tempat tinggal mereka dibongkar. Adhitia menyebutkan bahwa relokasi sementara menjadi solusi tercepat, dengan menempatkan mereka di Rusunawa Leuwigajah.
"Mereka akan tinggal di sana sementara, dengan semua kebutuhan sehari-hari yang kami siapkan," tambahnya.
Namun, meninggalkan rumah bukan perkara mudah bagi warga. Seorang ibu, Rini (40) tampak menahan air mata saat mengemasi barang-barang.
"Saya lahir dan besar di sini, enggak pernah kepikiran harus pergi begini. Tapi kalau tetap di sini, takut rumahnya roboh," katanya lirih.
Bagi mereka yang memiliki anak sekolah, pemindahan ini menimbulkan dilema baru. Pemerintah berjanji memberikan solusi agar anak-anak tetap bisa bersekolah tanpa kendala jarak.
"Kami siapkan opsi agar mereka tidak kesulitan," ujar Adhitia.
Tidak hanya relokasi, Pemkot Cimahi juga menyiapkan anggaran darurat untuk membantu korban.
"Ada dana sosial tidak terduga dan BTT (Belanja Tidak Terduga) yang cukup untuk mengantisipasi bencana," kata Adhitia. Bantuan dari Kementerian Sosial, BNPB Provinsi, dan BPBD juga mulai mengalir.
Namun, pertanyaan besar masih menggantung: apakah tanah di kawasan ini masih layak dihuni? Adhitia menegaskan bahwa pihaknya segera melakukan kajian mendalam.
"Kalau memang sudah tidak layak, mau tidak mau harus direlokasi ke tempat yang lebih aman," ujarnya.
Langkah pertama yang dilakukan adalah pendataan dokumen kepemilikan tanah, memastikan legalitasnya sebelum ada keputusan lebih lanjut.
"Kalau memang harus direlokasi permanen, kami akan cari solusi terbaik," tambahnya.
Di tengah ketidakpastian, warga hanya bisa berharap agar kehidupan mereka segera stabil kembali. Pak Sugandi (55), yang rumahnya ikut terdampak, menghela napas panjang.
"Saya hanya ingin tempat tinggal yang aman buat keluarga. Kalau harus pindah, semoga ada solusi yang enggak memberatkan kami," katanya.
Untuk sementara, kawasan ini dijaga ketat oleh petugas BPBD, demi menghindari risiko lebih besar. Warga dilarang kembali ke rumah mereka yang sudah dalam kondisi labil.
"Kami siagakan petugas agar tidak ada yang masuk dulu ke rumah, karena kondisinya sangat rawan," ujar Adhitia.
Masa depan masih belum jelas bagi para korban tanah amblas ini. Namun satu hal pasti, mereka hanya ingin satu hal: keamanan dan tempat tinggal yang layak untuk keluarga mereka," tandasnya.(Rustandi)
Posting Komentar